Laporan
:
PENGAMBILAN
DATA PEGETASI MANGROVE DAN SUBSTRAT MANGROVE
DISUSUN
Oleh :
NAMA : T.Faizul
Anhar
NIM : 1111101010015
KELOMPOK : 6 (ENAM)
ASISTEN : Sy. Apid Tuti Handa
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
KOORDINATORAT
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM
- BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya tuturkan kehadirat Allah SWT
yang mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyusun Laporan Ekologi Laut Tropis ini.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga
terselesaikannya penulisan laporan ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai
amal sholeh di hadapan Allah SWT. Amin.
Saya berharap Laporan Ekologi Laut
Tropis ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Saya menyadari bahwa
Laporan Ekologi Laut Tropis ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
saya harapkan untuk menuju kesempurnaan laporan ini.
Darussalam, 28
April 2013
PRAKTIKAN
( T. Faizul Anhar )
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai
17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan
yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman
hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis dengan pusat
penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang
terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas
dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters,
1994 dalam Suharsono, 1998).
Potensi
sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam
nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi
(sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung
proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen
pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996).
Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup
bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
Ekosistem
terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi
sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu
karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari
sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh
jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri,
2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.
Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan
ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari pratikum ini adalah :
• Mahasiswa dapat
mengambil data terumbu karang dengan menggunakan metode LIT (line intersept
transect)
• Mahasiswa dapat
menganalisa apakah terumbu karang di kawasan ini dipengaruhi oleh ekosistem
darat.
1.3
Deskripsi Area
Gambar 1. Denah
lokasi pratikum
Keterangan :
Warna
merah : Pengambilan data
terumbu karang
Warna biru : pengambilan data vegetasi
pantai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar wilayah
Indonesia adalah lautan, sehingga dengan demikian secara alamiah bangsa
Indonesia merupakan bangsa bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah
Indonesia yang strategis di wilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan
suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya laut yang
memiliki keragaman baik sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya. Terumbu
karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan
dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan
kehidupan di terumbu karang didasari oleh hubungan saling tergantung antara
ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut.
Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan
waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Terumbu karang
perairan Indonesia terbentuk sejak 450 tahun silam
(http:id.terumbukarang.org//Pulau_Rubiah).
Ekosistem terumbu karang terdapat
di lingkungan perairan yang agak dangkal, seperti paparan benua dan gugusan
pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan maksimum, terumbu
karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat,
gerakan gelombang yang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari
proses sedimentasi. Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam
memperbaiki bagian yang rusak, bila karakteristik habitat dari berbagai macam
formasi terumbu karang dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara
dengan baik. Seperti ekosistem lainnya, terumbu karang tidak memerlukan campur
tangan atau manipulasi langsung manusia untuk kelangsungan hidupnya (Dahuri et
al, 2004).
Dalam proses saling makan,
berbagai biota laut yang hidup dalam lingkungan komunitas terumbu ada yang
bersimbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Yang berbentuk hubungan
komensalisme dengan terumbu karang antara lain hewan-hewan Decapoda
(Crustaceae) misalnya udang dan rajungan (Portunus spp) serta berbagai jenis
ikan karang membutuhkan keberadaan terumbu karang sebagai tempat berteduh
(shelter) dan tempat menyelinap (sembunyi) untuk melindungi diri dari serangan
predator, serta tempat mencari makan berupa plankton dan serasah. Organisme lain
yang juga bisa ditemui dilingkungan terumbu karang antara lain bulu babi
(Diadema), hewan bangsa kerang-kerangan (Pelecypoda), ubur-ubur (jellyfish),
bintang mengular (Ophiuroidea), bintang laut (Asterias sp), sea anemones, cumi
(loligo sp), gurita (octopus spp), dan sebagainya (Wibisono, 2005).
BAB III
METODELOGI KERJA
3.1
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah :
No.
|
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
tali rafia 10 x 10
|
3 unit
|
2.
|
meteran kain
|
1 unit
|
3.
|
data sheet
|
1 lembar
|
4.
|
kantong plastik
|
Seperlunya
|
5.
|
sekop
|
1 unit
|
6.
|
substrat
|
Seperlunya
|
7.
|
alat tulis
|
1 set
|
8.
|
label nama
|
1 unit
|
9.
|
roll meter 50 meter
|
1 unit
|
10.
|
alat selam dasar
|
3 unit
|
11.
|
sabak
|
1 unit
|
12.
|
penggaris
|
1 unit
|
13.
|
buku identifikasi
|
1 unit
|
Tabel 1.1 Alat dan bahan
3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilakukan di
luar lapangan yaitu dikawasan wisata ahmad ramanyang aceh Besar yang dimulai
pada pukul 09:00-12:00 WIB.
3.3
Cara Kerja
Adapun cara kerja pada pratikum ini ialah :
a. Pengambilan data vegetasi
pantai
• Ditentukan lokasi transek garis secara vertikal dengan garis
pantai.
• Digunakan tali rafia yang telah ditentukan ukurannya (10x10m)
untuk luasan seluruh area.
• Di dalam plot ukuran 10x10m diamati dan dicatat jenis dan
diameter batang pohon.
• Dihitung kerapatan jenis, frekunsi jenis, luas area penutupan
jenis, dan indeks nilai penting pada tiap stasiun pengamatan.
• Diukur jarak tiap stasiun dengan bibir pantai.
• Diamati dan dicatat.
b. Pengukuran ketebalan
kandungan besi
• Digali pasir hingga kandungan besi tidak ditemukan lagi.
• Diukur ketebalan kandungan besi dengan menggunakan penggaris.
• Diukur jarak tempat pengukuran ketebalan kadungan besi dengan
bibir pantai
• Diamati dan dicatat.
c. Pengambilan data bentuk
hidup terumbu karang dengan menggunakan
metode LIT
• Dipilih lokasi pengamatan agar kegiatan pendataan mewakili
suatu wilayah terumbu karang.
• Dibentangkan transect garis sepanjang 50 meter sejajar garis pantai
di kedalaman tertentu.
• Dicatat semua jenis bentuk hidup terumbu karang pada transisi
berapa cm biota tersebut ditemukan.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil yang kami temukan di Amad Ramayang, terdapat beberapa jenis terumbu
karang seperti DC(Death Coral), DCA (Death Coral Algae), CM (Coral Massive),
CHL(Coral Heliopora). Pada Line Transect yang kami bentangkan, tidak hanya
terumbu karang saja yang terdapat seperti RCK (Rock),S (Sand), OT (Other), dll.
Yang menjadi peran sebagai selingan dan selingan seperti berikut juga sangat
kami pertimbangkan sebagai suatu jenis yang harus kami teliti. Dan peran
mangrove dalam terumbu karang itu sendiri sangatlah penting dan juga tidak lupa
peran lamun untuk terumbu karang itu sendiri.
Tidak hanya terumbu karang saja
yang kami teliti, akan tetapi kawasan pesisir juga jadi pusat perhatian kami
sebagai titik acuan penelitian kami, karena kawasan pesisir juga mempengaruhi
terumbu karang yang terdapat pada laut dan juga kawasan sekitarnya. Dan yang
telah kami teliti bahwa kami menemukan bahwa kawasan pesisir pantai yang
terdapat biji besi susah atau hampir tidak ada ditumbuhi mangrove, akan tetapi
di Amad Ramanyang ditumbuhi mangrove.akan tetapi tumbuhnya mangrove tersebut
terdapat didekat muara pantai tersebut.
Dan seperti yang telah kami lihat
dan di Line Transect yang kami bentangkan di dalam laut Amad Ramanyang,
terdapat banyak sekali karang yang telah mati, adapun matinya karang tersebut
akibat brenching dan mungkin juga di pengaruhi oleh kawasan pesisir terumbu
karang itu sendiri.
Seperti yang telah kita bahas
sebelumnya pada cara kerja, bahwa kami juga mengambil data vegetasi pada
kawasan pesisir pantai Amad Ramanyang tersebut, dan disitu kami menemukan beberapa
jenis tumbuhan seperti pohon cemara, pohon kelapa, geregok dan tumbuhan lainnya
yang terdapat di kawasan pesisir pantai tersebut. Dan si kawasan pesisir itu
juga kami menemukan beberapa biota kecil dan biota sedang yang hidup di kawasan
tersebut dengan berbagai jenis, bentuk dan ukuran yang biasanya dapat kita
jumpai di pesisir lainnya.
Dan kami merasa, dengan keadaan
terumbu karang yang sekarang adalah akibat manusia atau masyarakat yang
kurangnya pengetahuan tentang terumbu karang yang mata pencahariannya itu
terdapat di kawasan tersebut. Sehingga, mereka berlaku seenaknya saja tanpa
memikirkan kehidupan terumbu karang tersebut. Dengan adanya seminar atau
penataran di kawasan pesisir bisa membuat mereka mengetahui peran terumbu
karang terhadap mata pencaharian mereka sendiri. Dan dengan adanya penebangan
liar terhadap mangrove yang di akibatkan oleh tangan manusia itu sendiri
sehingga terjadinya abrasi pantai yang mengakibatkan banyaknya jumlah terumbu
karang yang akan mati.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan pada pratikum ini adalah :
• Kawasan pesisir sangat berpengaruh
terhadap kehidupan terumbu karang yang terdapat di dalam laut.
• Biji besi yang terdapat di kawasan pesisir
juga mempengaruhi hidupnya tumbuhan mangrove di kawasan tersebut.
• Kurangnya pengetahuan tentang terumbu
karang akan berakibat fatal dalam kehidupan masyarakat yang hidup dengan mata
pencaharian di laut
• Mangrove salah satu penyeimbang kehidupan
terumbu karang di kawasan pesisir pantai
•
5.2 Saran
Adapun saran pada pratikum ini
adalah :
• Agar dapat dilakukan praktikum lanjutan di
tempat – tempat yang lain yang terdapat lebih banyak terumbu karang
• Diharapkan metode untuk pengolahan data
dengan signifikan agar data yang diperoleh akurat.
• Diharapkan pula, agar peralatan alat
penelitian dapat dilengkapkan agar semua jenis terumbu karang bisa kita ketahui
seluruhnya
• Kalau bisa siapapun yang menjabat sebagai
asisten adalah seseorang yang patut di contoh baik dari segi perbuatan dan
perkataan. Seperti yang terjadi di lapangan kemarin, akan perkataan asisten
tersebut adalah sesuatu yang tidak layak. Karena tidak layak sesuatu yang di
pakai di kaki itu di tempatkan di kepala.
• Terima kasih atas semua bimbingannya
gaul
BalasHapus