Global Positioning System (GPS) menyediakan informasi posisi dan waktu secara
terus menerus di berbagai tempat di bumi. Karena GPS dapat diakses oleh
sejumlah user yang tidak terbatas, maka GPS adalah sebuah sistem yang pasif.
Oleh karena itu, user hanya dapat menerima sinyal satelit dengan bantuan GPS
receiver. Penggunaan teknologi GPS sangat membantu pekerjaan - pekerjaan survey
pemetaan, topografi, hydrografi, geologi, land survey, dan juga bisa
dimanfaatkan sebagai alat bantu navigasi pencarian ikan. Bahkan ada beberapa
tipe GPS yang digunakan untuk hobby. Seperti kegiatan memancing, mendaki
gunung, travelling, serta olah raga.
Pada awalnya Acoustic System
dikembangkan oleh Inggris pada masa pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat
ASDIC (Anti Sub-marine Detection Investigation Committee) yang terbukti sangat
berguna bagi Angkatan Laut Negara-negara Sekutu pada PD II. Setelah PD II
berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas untuk tujuan damai dan
ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan suara pada
medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada
suatu perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan. Selanjutnya
perkembangan akustik semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah
ditemukan Echo Integrator yang dapat menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan
dan estimasi bawah air.
Hydro-acoustic merupakan suatu
teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic
instrument), antara lain; ECHOSOUNDER, FISHFINDER, SONAR dan ADCP (Acoustic
Doppler Current Profiler). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk
melakukan pendeteksian.Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air
adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik,
sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air. Beberapa
langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang
menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu. Kemudian disalurkan ke
transducer yang akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara
tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan (biasanya dengan satuan ping).
Suara yang dipancarkan tersebut akan
mengenai obyek (target), kemudian suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek
(dalam bentuk echo) dan diterima kembali oleh alat transducer. Echo tersebut
diubah kembali menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke receiver dan oleh
mekanisme yang cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan menggunakan echo
signal processor dan echo integrator. Pemrosesan didukung oleh peralatan
lainnya; komputer; GPS (Global Positioning System), Colour Printer, software
program dan kompas. Hasil akhir berupa data siap diinterpretasikan untuk
bermacam-macam kegunaan yang diinginkan. Bila dibandingkan dengan metode
lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi hydro- acoustic memiliki
kelebihan, antara lain. Informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh
secara cepat (real time). Dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ).
Kelebihan lain adalah tidak perlu
bergantung pada data statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang
diteliti (friendly), karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan suara (underwater sound). Menurut MacLennan and Simmonds (1992)
hasil estimasi populasi adalah nilai absolut. Hydro-acoustic dapat digunakan
dalam mengukur dan menganalisa hampir semua yang terdapat di kolom dan dasar
air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan antara lain adalah;
eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar laut (seismic survey),
deteksi lokasi bangkai kapal (shipwreck location), estimasi biota laut,
mengukur laju proses sedimentasi (sedimentation velocity), mengukur arus dalam
kolom perairan (internal wave), mengukur kecepatan arus (current speed),
mengukur kekeruhan perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour).
Saat ini, hydro-acoustic memiliki
peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan perikanan, salah satunya
adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock assessment). Teknologi
hydro-acoustic dengan perangkat echosounder dapat memberikan informasi yang
detail mengenai kelimpahan ikan, kepadatan ikan sebaran ikan, posisi kedalaman
renang, ukuran dan panjang ikan, orientasi dan kecepatan renang ikan serta
variasi migrasi diurnal-noktural ikan. Saat ini instrumen akustik berkembang
semakin signifikan, dengan dikembangkannya varian yang lebih maju, yaitu
Multibeam dan Omnidirectional. Perangkat Echosounder memiliki berbagai macam
tipe, yaitu single beam, dual beam.
Metode hydro-acoustic merupakan
suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara
pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam
pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik
secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder (Burczynski,
1986). Penggunaan metode hydro-acoustic mempunyai beberapa kelebihan (Arnaya,
1991), diantaranya :
- berkecepatan tinggi
- estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan dapat memonitor pergerakan ikan
- akurasi tinggitidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan, karena frekwensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi si pemakai alat maupun obyek yang disurvei.
Penggunaan teknologi ini sangat
membantu dalam pencarian sumberdaya ikan yang baru, sehingga akan mempercepat
pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan daerah
penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan (Riani, 1998).
Keterpaduan semua metode di atas dapat dilakukan dengan adanya kerjasama
diantara pihak-pihak terkait. Citra yang diperoleh melalui satelit penginderaan
jauh, misalnya dianalisis di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
atau di instansi terkait lainnya. Data yang dihasilkan merupakan informasi
dasar terhadap penentuan daerah potensi ikan. Data dan informasi juga dapat diperoleh
melalui hasil survei akustik pada perairan yang sama selama beberapa waktu
pengamatan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat
tentang keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Informasi ini kemudian
disampaikan kepada pihak pengguna, misalnya nelayan atau pengusaha penangkap
ikan dalam melakukan operasi penangkapan sehingga kapal-kapal ikan dapat
begerak ke daerah yang dimaksud, sehingga dengan demikian dapat menekan biaya
operasional kapal-kapal tersebut.
Negara-negara yang maju pada sektor
kelautan-perikanan (Norwegia, Jepang, Amerika Serikat, China dan Peru)
bergantung pada teknologi akustik ini. Mereka menggunakan untuk melakukan
eksplorasi sumberdaya dengan cepat, sehingga dapat mengeksploitasi dengan
optimal, efisien dan ekonomis karena biaya eksplorasi yang murah dan waktu
eksplorasi yang cukup singkat.
Selain itu eksploitasi yang
dilakukan dapat lebih berwawasan lingkungan, berkesinambungan dan lestari,
sebab sudah diketahui dengan jelas berapa potensi sumberdaya yang akan di
eksploitasi tersebut, hanya perlu memilih kebijakan apa yang paling tepat untuk
pengelolaan yang berkesinambungan dan lestari tersebut. Hingga sekarang,
teknologi hydro-acoustic ini belum banyak digunakan pada sektor
kelautan-perikanan Indonesia, khususnya oleh perusahaan-perusahaan perikanan.
Sebaiknya perusahaan-perusahaan tersebut mau memanfaatkan teknologi ini untuk
kegiatan eksplorasi yang maksimal dan eksploitasi sumberdaya yang optimal
(Donwill Panggabean, 2003).
Peralatan canggih berupa fish finder
dan perlengkapan Global Positioning System (GPS) sebenarnya dapat diterapkan
pada nelayan-nelayan yang ada di Indonesia karena hal tersebut dapat memudahkan
nelayan mengetahui posisi ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban
nelayan akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang saat ini sedang
dirasakan. Bantuan alat fishfinder dan GPS yang diberikan ini bisa mengirit
BBM. Mereka hanya akan berlayar ke tempat yang terdapat gerombolan ikan di laut
sehingga dapat meningkatkan produk ikan laut yang ada. Fishfinder yang
digunakan juga dapat memberikan informasi mengenai suhu, arus, kesuburan
klorofil dan lainnya. Sedangkan GPS akan memudahkan nelayan mengetahui
koordinat keberadaan kapal mereka saat berlayar. Jelas sekali bahwa peranan
atau aplikasi fish finder dan GPS dalam pencarian informasi keberadaan ikan
sangatlah penting dan bermanfaat bagi nelayan.
Pada
dasarnya pemantauan hidroakustik didasarkan pada prinsip yang sederhana.
Gelombang suara dipancarkan melalui sebuah alat yang menghasilkan energi suara
(tranducer) pada kolom perairan ataupun dasar perairan yang sebelumnya
diubah dari energi elektrik menjadi energi mekanik. Kecepatan energi suara di
perairan mencapai 1500 m/s, ketika energi tersebut mengenai suatu target maka
akan dikembalikan dalam bentuk echo, echo akan kembali ke receiver.
Nilai hamburan balik yang diterima oleh alat dan kemudian akan dikirimkan ke
perangkat output yang sebelumnya telah diubah dari energi mekanik ke
energi elektrik, selanjutnya akan diolah dan menghasilkan suatu visualisasi
yang dapat diinterpretasikan.
Pengolahan Data untuk Klasifikasi
Dasar Perairan
Analisis Data Akustik
Data akustik
dalam bentuk echogram, diolah dan dianalisis menggunakan software
Echoview 4.0. Proses analisis dapat dilihat pada Gambar 1.
Penganalisaan parameter echo dasar perairan digunakan guna
melakukan penyaringan data dan pengambilan nilai rata-rata parameter echo
dasar perairan di atas sejumlah ping. Hal ini karena parameter echo
dasar perairan bervariasi secara luas dari ping ke ping. Dengan menggunakan software
Echoview 4.0 maka akan dilakukan analisis terhadap parameter echo
tersebut, sehingga dalam hal ini akan menghasilkan dua variabel yang akan
menggambarkan karakteristik dari sinyal dasar perairan yaitu :
1. Energy of the 1st
bottom echo (E1)
2. Energy of the 2nd
bottom echo (E2)
Nilai E1 dan
E2 ini dapat memperlihatkan jenis / tipe sedimen yang terdapat di suatu
perairan dimana besar kedua nilai maka jenis sedimen pada suatu perairan
sebagian besar berupa substrat keras dan sebagian besar memiliki kenampakan
megaskopis.
Berikut ini
adalah klasifikasi berbagai jenis substrat dasar berdasarkan E1 dan E2.
Dalam pendugaan
stok ikan dengan metode akustik, faktor terpenting yang harus diketahui adalah Target
Strength. Target Strength (TS) adalah kekuatan pantulan echo (gema), atau
ukuran decibel intensitas suara yang dikembalikan oleh target, diukur pada
jarak satu meter dari pusat akustik, relatif terhadap intensitas
suara yang mengenai target (Coates, 1990). Sedangkan menurut
Johannesson dan Mitson, 1983 menyatakan bahwa Target Strength (TS)
merupakankekuatan dari suatu target untuk memantulkan suara dan memiliki
hubungan yang erat dengan ukuran ikan, dimana terdapat suatu kecenderungan
semakin besar ukuran ikan maka semakin besar TS yang didapat.
Target Strength didefinisikan juga sebagai sepuluh kali nilai
logaritma dari intensitas yang mengenai ikan (Ii) (Johannesson dan
Mitson, 1983). Berikut ini adalah formulasi dari TS
TS = 10log(Ir/ Ii) .................................................... (1)
TSi = intensitas Target strength
Ir
=
Intensitas suara yang dipantulkan yang
diukur pada jarak 1 meter dari target
Ii
=
Intensitas suara yang mengenai lkan dan berdasarkan energy, target
Strength diformulasikan sebagai berikut :
TSe = 10log(Er/ Ei) .................................................... (2)
TSi = Energi Target strength
Ir
=
Energi suara yang dipantulkan yang diukur
pada jarak 1 meter dari target
Ii
=
Energi suara yang mengenai lkan
Menurut McLennan dan Simmonds
(1992), TS merupakan scattering cros section dari target yang mengembalikan
sinyal dan dinyatakan dalam bentuk persamaan :
TSe = 10log(σ/ 4Π) ...............................................(3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar